Kamis, 06 Juni 2013

Mimpi hari ini

Mimpi itu bisa berubah

Dari kecil saya mungkin termasuk anak yang tidak punya banyak mimpi, tidak tahu apa cita-cita saya nantinya. Banyak anak kecil yang dari masih belum tahu arti 'dokter' udah bercita-cita jadi dokter. Saya sebenarnya cukup penasaran, kenapa di Indonesia ini setiap anak kecil pasti bermipi jadi dokter ya? Salah asuhan kah? Beruntung sedari saya tumbuh orang tua saya tidak pernah menjejali saya dengan mimpi yang terlalu umum itu. Jadilah saya ketika kecil ketika ditanya cita-citanya jadi apa? Saya berpikir sejenak, profesi yang saya tahu waktu itu hanya 'dokter' dan 'insinyur', meskipun saya tidak benar-benar tahu insinyur itu seperti apa tapi berhubung dokter sudah terlalu mainstream, jadilah saya selalu menjawab 'Insinyur'!

Mimpi saya kembali diuji ketika memasuki masa-masa akhir SMA. Saya yang dari SD SMP SMA tidak pernah tahu dan tidak pernah berencana akan berlanjut kemana jalan hidup saya nantinya mulai bertanya pada diri saya sendiri. "Setelah lulus SMA ini aku akan melanjutkan kuliah dimana ya?". Blank. Kosong. Saya tidak punya pelajaran favorit. Keahlian saya hanya menggambar saat itu. Ingin melanjutkan kuliah di jurusan desain tapi pasti akan dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Lihat daftar jurusan di UNAIR kok merasa tidak ada yang cocok. ITB jauh, mahal, dan saya masih minder. Jadilah saya bertekad masuk ITS. Jurusannya? Yang ada hubungannya dengan gambar tapi juga terkenal, ya Arsitek. Saya pun mulai membangun mimpi untuk menjadi arsitek.

Baru juga membuat mimpi jadi arsitek. Datang cobaan lagi. Kali ini dari dalam diri, dari ayah juga sih. Setelah fix harus mengikuti SNMPTN Tulis (whatever it will be named) kembali ada pertanyaan. 'Kalau milih arsitek yakin bisa masuk? Saingannya banyak banget lho.' Dan ternyata menjadi arsitek itu juga udah terlalu mainstream saat ini. Coba tanyakan pada siswa SMA di seantero Indonesia, kuliah mau masuk mana? Pasti 70-80% menjawab dengan lantang 'Teknik!'. 'Tekniknya teknik apa?'. Pasti jawaban yang muncul tidak jauh dari seputar Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Arsitek. Baru-baru ini Teknik Kimia juga ikut menjadi favorit siswa-siswi SMA. Lalu saya harus milih apa? Karena SNMPTN ini taruhan untuk hidup saya kedepannya. Hingga setelah memperhitungkannya masak-masak. Saya pilih Teknik Kelautan.

Ini ngomongin mimpi kan? Kenapa jadi nyambungnya cerita saya ya?
Okai, kembali ke mimpi. Mimpi saya yang tidak konsisten sekarang kembali berubah. Kali ini semua tentang anjungan minyak lepas pantai, masyarakat umum menyebutnya rig, kuliah saya menyebutnya platform atau offshore structure. Siapa yang akan menyangka, dulu mungkin tidak pernah terbersitkan sedikitpun di pikiran saya untuk bermimpi bekerja di anjungan minyak lepas pantai. Tapi sekarang, setelah dicekokin 4 semester segala tentang anjungan. Saya jadi mempunyai sebuah impian baru, yang semoga bisa konsisten untuk kedepannya..

Saya ingin bekerja di anjungan migas lepas pantai di Laut Utara.
Saya memimpikan gelombang lautnya.
Saya memimpikan angin kencangnya.
Saya memimpikan udara dinginnya.

Hidup di Alaska, dan sekarang Norway, adalah satu dari mimpi-mimpi saya yang lain. Saya juga masih punya mimpi untuk keliling dunia. Saya punya mimpi untuk mempunyai sebuah cottage dengan atap terbuka di daerah utara untuk melihat aurora. Saya punya mimpi untuk membuat orang tua saya bahagia dan bangga. Saya masih bermimpi untuk menikah dan membangun hidup dengan kekasih saya. Dan masih banyak mimpi-mimpi lain untuk diperjuangkan.

Karena hidup masih panjang.

Mimpi mungkin masih terus berubah.

Karena mimpi adalah refleksi dari keinginan seseorang atas apa yang telah didapatnya saat ini, apa yang sedang dipertahankannya.





2 komentar:

  1. Keep Dreaming bro! And believe that one day you will be!

    BalasHapus
  2. Duh sama, sampai skrg aku masih bingung mau jadi apa heheee... Semangat!

    BalasHapus