Rabu, 09 Januari 2013

RSBI Surabaya GRATIS TIS TIS

Sudah lama ga posting, dan tiba2 ingin posting ditengah semaraknya UAS Matematika Rekayasa dan Mekanika Teknik 2 esok hari. Tapi berhubung ini mengenai kemaslahatan orang banyak (ehem), jadi saya putuskan untuk mengorbankan sedikit waktu belajar saya
Sore ini saya iseng-iseng baca detikSurabaya, dan ternyata yg lagi HOT di kanal berita ini adalah mengenai Bu Risma (Walikota Surabaya tercinta) yang ngotot ingin mempertahankan sekolah RSBI di Surabaya. Sudah sejak lama masyarakat Surabaya tahu Bu Risma ini orangnya memang suka ngotot, tapi kenapa masyarakat Surabaya tetap bersimpati kepadanya? Karena beliau bisa membuktikan dapat membawa Surabaya ke arah yang lebih baik. Saya tegaskan disini saya bukan simpatisan Bu Risma, tapi coba anda-anda yang dari luar kota (Jakarta, Bandung, etc) lihat keadaan kota Surabaya. Rapi, banyak taman, trotoar luas, tidak macet, dan kota ini cukup teratur. That's why i love being here.
Oke sudah ngelantur terlalu jauh...
Dari berita yang ada di detikSurabaya ini satu hal yang membuat saya miris. Komentar para pembaca yang notabene bukan warga Surabaya. Memang saat ini jamannya demokrasi, semua orang bisa bebas berpendapat. Tapi yang saya sesalkan, mereka berpendapat tanpa melihat keadaan sebenarnya di lapangan. Banyak komen-komen yang menyebut 'Bu Risma hanya ingin mencari uang lewat RSBI' 'Walikota mata duitan', di berita lain ketika ada siswa sendiri yang diwawancarai dan menyatakan bahwa sekolahnya GRATIS langsung aja ada komen 'Anak ini dari kecil uda pinter bohong' 'Yang diwawancarai anak kepala sekolah'. Meskipun juga banyak komen berupa kritik yang membangun, tapi lebih banyak komen-komen yang mencibir.
Saya disini ingin menjelaskan mengenai sekolah RSBI di Surabaya, bukan dari sudut pandang ahli pendidikan atau ahli politik. Bukan pula karena ada suap sana sini atau backingan Parpol (Please, saya sudah tidak percaya lagi dengan Parpol dan Pejabat maupun DPR saat ini). Saya disini berbicara sebagai keluarga salah satu Murid Aktif Sekolah RSBI Surabaya.
Saya adalah alumni SMP dan SMA yang sekarang termasuk Sekolah RSBI di Surabaya. Begitu pula dengan adik kandung saya. Adik saya ini sejak masuk SMP hingga sekarang kelas X SMA merasakan menjadi siswa dari Sekolah RSBI. Sejak masuk SMPN 1 Surabaya (RSBI) Adik saya ini tidak pernah ditarik uang sepeserpun. SPP maupun Uang Pangkalnya GRATIS. Berlanjut ketika adik saya juga berhasil masuk ke SMAN 2 Surabaya, lagi-lagi tidak ada penarikan Uang Pangkal maupun SPP. Memang buku-buku yang dipakai di Sekolah RSBI ini berupa buku bilingual, tapi sekolah juga tidak mewajibkan siswanya membeli di sekolah. Saya sendiri yang punya pengalaman mencari buku bilingual di semua toko buku di Surabaya, tapi ternyata memang sedikit susah mencarinya. Sekolah di Surabaya (RSBI maupun Reguler) tidak berani melakukan penarikan-penarikan apapun terhadap siswanya. Bahkan wali murid yang sampai berpikir keras, bagaimana sekolah dapat berjalan kalau SPP saja tidak bayar, itu yang benar-benar ada di benak orang tua saya.
Saya tidak menentang MK mengenai pembubaran RSBI, tetapi saya mengharapkan MK maupun Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia dapat meniru atau meninjau apa yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Di Surabaya sekolah dari SD hingga SMA GRATIS. Kalau tidak percaya silahkan tanyakan kepada seluruh wali murid yang anaknya sekolah di Sekolah Negeri di Surabaya. Saya mengharapkan Dinas Pendidikan kota lain dapat meniru hal ini. Karena saya juga tidak buta, saya tahu banyak sekolah-sekolah favorit (baca : RSBI) di kota-kota lain memang melakukan penarikan Uang Pangkal maupun SPP yang wow banget. Saya pernah mendengar cerita dari kerabat di Kota Reog misalnya, untuk masuk SMA favorit di kota tersebut minimal harus mengeluarkan Uang Pangkal 5juta. Bahkan ada rekan kerja orang tua saya di Kota Tahu yang bercerita anaknya ketika akan masuk SMP favorit di kota itu oleh guru yang menjaga pendaftaran menyebut "Silahkan ibu bayar uang (sekian) juta atau anak ibu tidak dapat masuk ke sekolah ini". Itu baru contoh kota-kota kecil di Jawa Timur, belum di Jakarta yang metropolitan itu.
Mengenai salah satu latar belakang keputusan MK tentang RSBI tersebut, bahwa RSBI menjadikan gap antara siswa yang kaya dan yang miskin. Saya akan sharing cerita adik saya mengenai seorang temannya. Adik saya sering cerita mengenai teman sekelasnya saat ini di SMAN 2 Surabaya, temannya ini orang tuanya sudah kabur entah kemana, dia tinggal dengan neneknya, dan hanya seorang kakak yang telah berkeluarga dan juga hidupnya pas-pas an yang dapat sedikit meringankan biaya hidupnya. Saat ini dia bekerja sebagai operator/penjaga warnet setiap sepulang sekolah. Dari pekerjaannya itulah dia dapat masukan untuk uang jajannya. Bayangkan, seorang penjaga warnet part-time bisa sekolah di SMAN 2 Surabaya yang terkenal sekolah tajir itu, RSBI lagi. Karena apa? Karena biaya sekolah di Surabaya itu GRATIS. Syaratnya jika ingin masuk SMA favorit disini hanya lolos Tes Masuk. Yang berdasarkan pengalaman adik saya tahun lalu memang benar-benar susah.
Memang Sekolah RSBI di Surabaya masih mempunyai banyak kekurangan, saya tidak pernah mengingkari itu. Tapi yang ingin saya tunjukkan disini bahwa sekolah di Surabaya ini gratis dan ditujukan kepada semua warganya dari kalangan manapun yang mampu berusaha dan bersaing untuk masuk ke Sekolah Negeri tersebut, Reguler maupun RSBI. Saya ingin ke-gratis-an sekolah di Surabaya ini dapat dicontoh oleh kota-kota lain di seluruh Indonesia. Karena masa depan bangsa ini tergantung dari pendidikan generasi mudanya. Jadi apapun keputusannya, saya berharap Dunia Pendidikan di Indonesia ini harus lebih baik lagi.


Maaf kalo longpost ye gan..